Senja Di Bawah Pohon Aren
Di bawah pohon aren, senja merah tergantung, matahari cepat melarikan diri, menuju Gunung Salak yang menawan hati. Romantis yang menggigilkan. Maklum dari sana matahari cepat sekali menghilang. Suhu pun mendingin yang beriring bersama suara-suara serangga malam. Terutama suara tonggeret yang nyaring dan krispi.
Di tempat seperti ini, suara tonggeret adalah suara yang khas yang akan selalu terdengar menjelang malam. Serangga kecil dalam kelompok kumbang dengan ukuran sekitar 1 cm, suaranya bergema ke dari bawah lembah lalu naik ke bukit-bukit tempat foto ini diambil.
Suara tonggeret dihasilkan oleh jangkar pada sayap depannya yang digosokkan dengan cara digerakkan di atas jangkarnya pada sayap belakang.
Suara tonggeret yang dihasilkan cukup kuat dan terdengar jelas, meskipun berasal dari serangga yang kecil. Bunyinya menyerupai suara “krik-krik” dengan interval yang teratur. Suara tonggeret ini biasanya terdengar di daerah pedesaan, hutan, atau kebun-kebun di pinggir kota.
Menjelang gelap dan pekatnya malam, suara tonggeret itu semakin nyaring. Maklum lingkungan sekitar juga semakin sunyi. Aroma lembab dari tanah basah, dedaunan kering yang sepanjang hari mungkin terbakar matahari, bunga-bunga liar, merambat memasuki penciman.
Dalam senja romantis di bawah pohon aren ini, suasana sunyi dan riuhnya kepak sayap tonggeret tampaknya menidurkan seluruh desa. Rumah-rumah tampak seperti bayang-bayang yang secara visual unik dan menenangkan. Tidak heran bila dalam beberapa kebudayaan, suara tonggeret pun dianggap sebagai simbol keindahan alam dan ketenangan, sampai-sampai sering digunakan sebagai latar musik relaksasi atau meditasi.
Begini lah alam, memberikan ketenangan dan kedamaian tanpa syarat, tidak terduga, bahkan di tempat-tempat yang sederhana seperti di bawah pohon aren menjelang malam memulai kisahnya.
Senja di Bawah Pohon Aren dan Kehadiran Wewe Gombel
Nah senja romantis di bawah pohon aren ditingkahi trauma masa kecil. Ketika ditakut-takuti dengan Wewe Gombel – roh jahat penculik anak-anak yang tinggal di atas pohon aren . Bagaimanapun kerasnya saya tak berpikir tentang makhluk berketiak lebar dan berpayudara besar itu, namun suasana di tepi jurang yang menggelap ini tetap membetot ke masa lalu.
Ohya, Wewe Gombel adalah legenda urban yang berasal dari Jawa Tengah. Menurut cerita rakyat, Wewe Gombel adalah seorang wanita yang meninggal secara tragis karena melahirkan di pinggir jalan. Setelah kematiannya, ia menjadi arwah penasaran yang suka menculik anak-anak yang nakal atau sering berkeliaran sendirian di malam hari.
Konon, Wewe Gombel akan mengganggu anak-anak yang tidak patuh kepada orang tua atau tidak menghormati orang dewasa. Ia akan menampakkan dirinya sebagai seorang wanita tua yang membawa anak kecil di punggungnya dan menanyakan apakah anak-anak yang ia temui ingin dibawanya ke rumahnya.
Jika anak-anak tersebut setuju, maka Wewe Gombel akan membawa mereka ke rumahnya yang dipercayai terletak di hutan, di atas pohon aren. Bahkan tak jarang ia juga indekost di kuburan.
Wewe Gombel ternyata bisa merusak senja saya di bawah pohon aren 🙂
Mitos Mendidik Anak-anak Berdasarkan Rasa Takut
Memang ini hanya cerita legenda untuk mendidik anak-anak berdasarkan rasa rakut. Karena sejatinya Wewe Gombel hanya bagian dari mitos dan tidak ada bukti nyata tentang keberadaannya. Tapi memang banyak cerita beberapa orang lain mengaku telah melihat sosok yang mirip dengan Wewe Gombel, terutama pada malam hari di tempat-tempat terpencil.
Untuk menghindari kehadiran Wewe Gombel, orang tua biasanya memberikan nasihat pada anak-anak mereka untuk tidak bermain di luar rumah terlalu larut malam dan selalu menghormati orang dewasa. Selain itu, ada juga yang percaya bahwa dengan melakukan ritual tertentu atau memberikan sesajen, mereka dapat mencegah Wewe Gombel dari mengganggu mereka atau keluarga mereka.
Yah begitu lah sekelumit senja romantis di bawah pohon aren, romantis tapi membuat saya melantur kemana-mana.
Baca juga:
Share artikel ini
2 Comments
Comments are closed.
Iya Mbak Dani. Lensa camera kali ya yang bikin dia tampak lebih kecil..Atau aku ngambilnyam kurang tepat sehingga cahaya ditepinya gak ketangkap hehehe..
Itu yang bulat di langit matahari ya,Mbak Evi? Kok kecilamat ya?