Leuit, Lumbung Padi Orang Sunda Berwawasan Kejeniusan Lokal
RENGAINDONESIA.com – Leuit, Lumbung Padi Orang Sunda Berwawasan Kejeniusan Lokal
Kunjungan ke desa-desa di sentra gula aren di Banten itu selau menarik. Kita tidak hanya bisa menikmati kehidupan desa yang berudara sejuk sekaligus juga banyak belajar tentang kehidupan masyarakat di sana. Apa lagi jika kamu punya hobi menulis blog, setiap tapakan kaki di sana, otakmu otomatis akan merekam segala sesuatu yang pantas untuk membangun cerita.
Contohnya di setiap desa di kaki Pegunungan Halimun seperti di Kanekes, kediaman Masyarakat Baduy, dengan mudah menemukan bangunan kecil berunsur bambu dan kayu yang berdiri tidak jauh dari bangunan rumah. Nama struktur itu leuit, lumbung pada khas masyarakat Sunda.
Struktur khas bernama leuit membuat membuat saya penasaran. Ingin tahu sebenarnya apa sih makna dari leuit, apa fungsinya, dan mengapa leuit sangat penting dalam masyarakat Sunda. Kalau teman-teman ikutan penasaran seperti saya, boleh dibaca sampai bawah ya.
Ini beberapa fakta tentang leuit bagi masyarakat Sunda:
Menyimpan Hasil Panen
Iya, bangunan kecil berbentuk rumah tradisional Sunda itu disebut leuit. Leuit adalah struktur unik yang di tempat lain disebut juga lumbung, berfungsi sebagai tempat penyimpanan padi hasil panen.
Leuit memiliki bentuk yang mirip dengan rumah tradisional masyarakat Sunda, namun ukurannya lebih kecil. Bangunan ini dibangun dari tiang kayu yang kokoh, dinding dari bambu, dan atap dari daun aren kering atau ijuk yang dianyam .
Rahasia Gabah agar Tahan Lama
Tahu kah teman-teman bahwa gabah yang disimpan dalam leuit itu bisa tahan sampai berpuluh tahun? Padinya tetap utuh, tidak mengalami kelembaban dan juga tidak dimakan tikus.
Mengingat kawasan sekitar Pegunungan Halimun itu banyak hutan, ladang dan sawah, mestinya udara di sana lembab dan banyak hama tikus ya? Mestinya gabah akan rusak atau berjamur dan jadi mangsa tikus. Tapi ternyata tidak tuh? Apa ya rahasianya?
- Kunci rahasianya terletak dari konstruksi leuit itu sendiri. Dinding bambu yang khas memungkinkan aliran udara yang cukup untuk mencegah kondisi lembab yang bisa merusak gabah. Selain itu, atap dari daun aren kering membantu mengatur suhu di dalam leuit, membuatnya tetap sejuk dan menghindari kerusakan oleh hama.
- Gabah yang disimpan dalam leuit adalah gabah kering atau gedeng yaitu padi kering yang dipanen bersama batangnya. Ini juga salah satu sebab mengapa calon beras yang disimpan dalam leuit bisa bertahan lama.
- Begitu pun tiang-tiangnya di bangun dengan kemiringan tertentu sehingga tikus sulit memanjat ke atas.
Sebuah kejeniusan lokal masyarakat Sunda, bukan?
- Baca juga : Pe’et, Sirup Nira Aren Setengah Matang
Peran Penting Leuit dalam Budaya Masyarakat Sunda
Leuit tidak hanya memiliki peran praktis sebagai lumbung tempat menyimpan hasil panen, tetapi juga berfungsi sebagai tabungan. Itu lah mengapa leuti menjadi bagian penting dalam budaya masyarakat Sunda. Leuit menjadi simbol kebersamaan dan gotong royong dalam komunitas.
Terdapat 3 jenis leuit dalam masyarakat Sunda. Belajar dari tiga kasepuhan di Kabupaten Sukabumi (Sinar Resmi, Cipta Mulya, dan Cipta Gelar) kita mengenal jenis leuit yang terdiri dari leuit olot (pemimpin kasepuhan), leuit si jimat (komunitas), dan leuit masyarakat
Jadi, padi hasil panen yang disimpan di leuit tidak hanya dimiliki secara individu, tetapi ada juga oleh pemimpin kasepuhan, dan secara bersama oleh komunitas.
Leuit Kepemilikan Individu
Leuit individu adalah leuit yang dimiliki secara pribadi oleh seorang petani atau keluarga. Setiap petani atau keluarga akan memiliki leuit mereka sendiri untuk menyimpan padi hasil panen.
Kalau jalan-jalan di seputar desa di Kanekes, setiap rumah memiliki leuitnya sendiri. Jumlahnya tidak dibatasi, ada yang satu ada pula yang tiga. Jumlah leuit ini juga menunjukan status ekonimi sang empunya. Semakin banyak leuitnya semaking tinggi tingkat ekonominya.
- Baca juga : Beda Gula Kawung Dan Gula Aren
Padi yang berada dalam leuit tidak boleh digunakan sembarangan, karena fungsinya adalah tabungan atau cadangan makanan. Berasnya, biasanya, digunakan ketika ada acara adat, hajatan, atau untuk berjaga-jaga kalau terjadi gagal panen.
Dalam masyarat pembuat gula aren yang menjadi mitara Arenga, padi juga dilarang diperjual belikan. Tapi diperbolehkan barter dengan barang-barang yang menjadi kebutuhan keluarga.
Kepemilikan leuit individu ini menunjukkan betapa berharganya hasil panen bagi setiap anggota masyarakat Sunda.
Leuit Komunitas, Gotong Royong dalam Aksi
Selain leuit individu, ada juga leuit yang dimiliki secara bersama oleh komunitas. Leuit komun sedikit sakral menurut saya karena menunjukkan semangat gotong royong dan saling membantu dalam budaya masyarakat Sunda.
Di Kasepuhan Sinar Resmi, leuit ini disebut Leuit si Jimat. Dan diisi oleh masyarakat secara bersama-sama setelah usai panen seperti saat upacara adat Saren Taun.
Ketika ada petani yang mengalami kesulitan, misalnya, komunitas akan memberikan padi yang disimpan sebagai bentuk dukungan.
Jadi, warga diperkenan meminjam selama musim paceklik dengan kewajiban mengembalikan saat musim panen berikutnya.
Tapi di Banten, Leuit si Jimat selalu penuh karena tidak pernah mengalami paceklik. Makanya setiap beberapa tahun, isi leuit diganti dengan yang baru.
Warisan Budaya yang Harus Dilestarikan
Perkembangan teknologi dan modernisasi telah menghadirkan banyak perubahan dalam cara hidup masyarakat Sunda. Meskipun begitu, mereka tidak melupakan nilai-nilai tradisional dan warisan budaya seperti mendirikan leuit.
Keberadaan leuit sebagai tempat penyimpanan padi tidak hanya berperan dalam menjaga kualitas kehidupan masyarakat tetapi juga memupuk semangat gotong royong dan kebersamaan dalam masyarakat.
Penutup
Leuit atau lumbung orang Sunda adalah struktur unik dengan peran penting dalam kehidupan masyarakat Sunda, khususnya di desa-desa sentra gula aren di Banten. Leuit bukan hanya sekadar tempat penyimpanan padi , tetapi juga simbol kebersamaan, gotong royong, dan nilai-nilai budaya yang harus dilestarikan.
Arenga Indonesia. Gula aren – Banten
Share artikel ini