Proses Pembuatan Gula Aren, Panjang dan Melelahkan
Kalau lah ada pekerjaan menghadirkan makanan sampai ke meja makan yang bisa disebut perjuangan, salah satunya adalah proses pembuatan gula aren. Menghadirkan rasa manis prosesnya tak selalu manis karena panjang dan melelahkan.
Gula Aren yang Legendaris
Kita sepakat bahwa gula aren rasanya manis. Melegitkan kuliner Nusantara dari Sabang sampai Mereuke. Dan dengan segala produk turunannya sekarang sudah merambah ke-lima benua. Gula aren di terima lidah internasioal sebagai pemanis dalam cookies, bakery, aneka jenis minuman yang salah kopi susu gula aren yang hits itu. Belum lagi rabuan herbal, baik sebagai obat atau minuman nikmat seperti chai masala tea.
Gula aren itu kadang ia bersifat seperti udara. Kehadiran begitu diperhatikan, tapi begitu absen semua orang mencarinya. Coba deh butuh gula aren menjelang hari-hari besar, selain harga melonjak, terkadang barang juga tidak ada.
Gula aren yang juga dikenal sebagai palm sugar, telah menyumbang banyak dalam perkembangan racikan berbagai minuman. Dari tradisional sampai moderan. Dari herbal (jamu) sampai minuman penyegar.
Hanya saja proses menghadirkan gula aren ke meja makan tak semanis rasanya. Sudah jadi rahasia umum, proses pembuatan gula aren itu panjang dan melelahkan. Setidaknya ini dari perpektif masyarakat yang terbiasa hidup di kota, yang tidak tahu bahwa bahan baku gula aren berasal dari mana.
Berikut beberapa step perjalanan gula aren dari hutan ke tempat sajinya. Apakah itu sampai ke dapur kita, pabrik, resto, atau di mall yang nyaman di kota.
Perjalanan Jauh dari Hutan ke Tempat Saji
Proses pembuatan gula aren itu harus dikembalikan ke asalnya, ke biji yang disemai atau dibuang musang sembarangan di tengah hutan.
Jadi perjalanan pemanis legendaris kita berawal dari berkecambahnya sang biji di tempat yang memenuhi syarat tumbuh sampai besar. Itu bisa dilakukan manusia mau pun hewa. Melibatkan ilmu pertanian cangghih atau terserah alam.
Namun kebanyakan aren di Indonesia tumbuh berkat bantuan musang. Atau bijinya terbawa ke suatu tempat yang layak tumbuh, hingga siap panen 8 sampai sepuluh tahun kemudia. Terkadang ada pohon enau yang baru siap diambil niranya setelah berusia 15 tahun.
Baca juga : Cara Membuat Gula Semut Aren
Meninggur Salah Satu Proses Pembuatan Gula Aren
Para pemilik pohon enau tahu kapan harus mulai meninggur yaitu mempersiapkan pohon untuk diambil niranya. Mereka dapat tanda-tanda dari alam yaitu ketika tanda bunga jantan muncul selang-seling dengan tandan bunga betina. Tandan bunga jantan ini lah nanti yang akan mengalirkan air untuk ditampung.
Bunganya pun mengirim pesan bahwa proses pembuatan gula aren sudah bisa dimulai. Ia mengeluarkan aroma harum semerbak. Sepertinya saat itu mereka seakan berkata, ” sadap aku…sadap aku…”
- Jika aroma legit sudah memenuhi udara, penyadap nira mulai menyiapkan tangga bambu. Tidak sembarang bambu, harus dipilih dari bambu tua yang cukup besar. Nanti di atas buku bambu akan dilubangi sebagai pijakan kaki.
- Bayangkan lah jika tiap hari kita harus memanjatnya. Di mulai dari meninggur. Setelah itu perajin menaikinya 2 kali sehari, pagi dan sore, untuk menurunkan nira.
- Tangga itu bernama sigai. Kalau tak terbiasa tangga yang cuma muat untuk ujung jari terasa sangat menyiksa. Bagi perajin aren, mendaki tangga tegak lurus seperti ini hal biasa. Jemari kaki mereka sudah kuat dalam menyangga berat tubuh.
- Setelah itu proses menyadap dimulai. Membersihkan bunga jantan yang akan disadap niranya dari segala semak dan ijuk yang menempel di sana.
- Lalu ia akan menggoyang-goyangkan tangkai bunga yang sudah bersih kurang lebih dua kali seminggu dalam tiga bula. Tujuannya agar pembuluh kapiler dalam tangkai bunga pecah berantakan untuk memberi jalan lapang pada aliran nira. Aktivitas ini disebut meninggur.
- Setelah 2-3 bulan meninggur, proses memotong tandan bunga dimulai. Ketika nira mengucur deras, sebuah tabung bambu yang sudah diisi laru, siap menampung.
Baca juga : Pengawetan Makanan Alami, Aman Bagi Kesehatan
Pengawetan Nira
Begitu keluar dari tandan bunga, nira langsung mengalami proses fermentasi. Karena gula aren Arenga hanya menggunakan pengawet nira alami, untuk mencegah nira tak cepat basi, mitra kami melakukan penurunan harus dilakukan dua kali sehari. Maklum lah daya tahan pengawet alami ini tidak lama.
Sesampai di bawah nira tak di bawa pulang. Perajin akan memasaknya di sawung – pondok kecil yang lokasinya berdekatan dengan tempat tumbuh pohon aren. Karena nira harus segera dipanaskan di tungku. Jika tak segera dijadikan gula aren, pemanasan cukup 15 menit saja. Dilanjutkan untuk menunggu kedatangan nira aren hasil panen berikutnya.
Proses pembuatan gula aren dari nira ke gula juga butuh kesabaran. Butuh waktu 3-4 jam sampai bisa jadi gula aren cair. Atau prosesnya dilanjutkan kembali untuk di cetak. Untuk jadi gula aren bubuk atau gula semut (granulated palm sugar) butuh waktu lagi.
Kalau sudah jadi bentuk gula semut kering, seperti halnya gula pasir, gula merah bubuk ini siap digunakan untuk keperluan apa saja. Bisa ditimbang, dipindahkan ke tempat jauh, asal kemasannya baik tahan sampai bertahun-tahun tanpa mengurangi mutu.
Pemakaian Gula Aren Dalam Kehidupan Sehari-hari
Proses pembuatan gula aren memang panjang dan melelahkan. Dari hutan sampai ke tempat saji membutuhkan banyak energi. Melibatkan banyak orang dengan keahlian khusus. Dari rantai proses itu ia akan menemukan jalan ke hadapan Yang Mulia Sobat Arenga.
Apakah dinikmati di dalam kue, cookies dan roti. Sebagai pemberi rasa dan warna pada es krim dan kopi susu. Aplikasinya tak terhitung karena para perencana makanan yang akan dibawa ke pasar atau koki di rumah, terlalu kreatif untuk dibatasi.
Yang penting adalah setiap hidangan yang yang membutuhkan rasa legit alami akan berpikir tentang gula aren.
Pabrik Gula Aren Organik di Tangerang
Kontak Arenga Indonesia
Indrawanto, telp. 0819 3241 8190
Share artikel ini