Marcopolo dan Sejarah Makanan Dari Pohon Palem
Apa kaitan Marco Polo dan sejarah makanan dari pohon palem? Ini adalah soal peran penting tanaman palmae dalam menyumbangkan nutrisi dan kesenangan kepada para leluhur Nusantara hingga kita pun ikut menikmati sampai sekarang.
Marco Polo adalah seorang penjelajah, pedagang, dan penulis Venesia pada abad ke-13 dan ke-14. Dia terkenal karena melakukan perjalanan selama 24 tahun ke Asia, termasuk ke Cina, di mana dia bekerja sebagai penasihat dan duta besar bagi kaisar Mongol Kublai Khan. Tidak disebutkan bahwa ia pernah menginjak Nusantara.
Dalam bukunya “The Travels of Marco Polo”, ia mencatat beberapa pengalaman dengan pohon-pohon palmae ini, seperti penggunaan air kelapa untuk mengobati dehidrasi, memproduksi tepung dan gula merah dari nira pohon palem-paleman.
Memang, selama perjalanannya di Asia, Marco Polo mengunjungi banyak tempat di mana pepohonan palem banyak tumbuh. Seperti pohon kurma di Persia dan pohon kelapa, aren, dan pohon sagu di wilayah Asia Tenggara.
Marco Polo, Cheng Ho dan Minuman Tuak
Selama perjalanannya di Asia Tenggara, Marco Polo mencatat tentang minuman lokal yang disebut “tuak”. Tuak adalah minuman beralkohol yang terbuat dari fermetasi air nira aren.
Menurut penjelajah ini, orang-orang di wilayah Asia Tenggara ini minum tuak dengan rasa yang enak sebagai minuman sehari-hari. Minumnya juga banyak, sampai membuat mereka mabuk.
Selain itu, Marco Polo juga mencatat bahwa tuak digunakan dalam upacara-upacara keagamaan dan budaya di beberapa wilayah di Asia Tenggara.
- Mie Tiau Apollo dan Mie Tiaw Polo, Bersaing atau Saling Mendukung?
- 5 Jenis Makanan yang Lebih Enak Menggunakan Palm Sugar sebagai Pemanis Alami
Buku “The Overall Survey of the Ocean’s Shores” karya Ma Huan ada pula menyebutkan bahwa pesta dan minum tuak sampai mabuk itu terjadi di Jawa.
Ma Huan (juga dikenal sebagai Mahuan) adalah seorang penjelajah, penulis, dan pegawai negeri Tiongkok yang menjadi bagian dari ekspedisi Cheng Ho.
Ma Huan menulis catatan perjalanan yang terkenal yang disebut “Yingya Shenglan” atau “The Overall Survey of the Ocean’s Shores” yang mendokumentasikan perjalanan Cheng Ho ke Asia Tenggara, India, dan Afrika.
Cheng Ho tiba di Jawa pada abad ke-15, tepatnya pada tahun 1406 dan 1407 dalam ekspedisi ketiga dan keempatnya. Cheng Ho melakukan beberapa kali ekspedisi ke Asia Tenggara dan Jawa dan meninggalkan jejak sejarah yang bisa kita baca sampai sekarang.
Sejarah Makanan Dari Pohon Palem
Selain menceritakan tentang minuman yang memabukan, Marco Polo juga menceritkan tentang makanan yang diambil dari pohon palem sagu.
“Proses memproduksi bahan makanan itu aneh. Ketika kulit luar kayu dilepaskan, sekitar tiga inci di bagian dalam, terdapat inti yang akan dijadikan bahan makanan”, katanya.
Catatan Marco Polo ini sama seperti pembuatan aci aren atau tepung aren, atau setidaknya mendekati.
Bahwa empulur sagu dimasukan ke dalam bejana dengan air dan di aduk dengan sebuah tongkat supaya serabut dan bagian yang tidak murni terangkat ke permukaan, lalu bagian yang murni surut ke bawah.
Setelah semua sampah disingkirkan yang tersisa adalah tepung basah yang kemudian dijemur. Tepung ini lah digunakan untuk membuat kue dan beragam jenis pastry.
Secara khusus buku Marco Polo juga menceritakan tentang kue dari pohon palem yang menyerupai roti gandum. Baik dalam penampilan maupun rasanya. Dan itu beral dari kerajaan yang sekarang kita Sebut Aceh.
Menariknya lagi dari sejarah laporan ini adalah tentang makanan dari pohon palem sagu di Sumatera. Karena bahan makanan ini sudah tidak dikonsumsi sebagai makanan pokok di Sumatera dibandingkan di pulau pulau kawasan Timur.
Arenga Indonesia. Pabrik gula aren di Tangerang. Pemerhati segala jenis makanan dan minum dari pohon palem, termasuk sejarahnya 🙂
Share artikel ini