Beda Gula Kawung Dan Gula Aren
Arenga Indonesia – Kita sering membaca atau mendengar dengan istilah gula kawung. Kalau lihat penampilannya sama dengan gula aren. Sebenarnya apa sih beda gula kawung dan gula aren? Dan bagaimana sejarah yang telah dilaluinya?
Gula kawung dalam bahasa Sunda disebut “gula aren” atau “gula aren kawung”. Kata “aren” dalam bahasa Sunda juga merujuk pada pohon aren yang menghasilkan nira atau sari bening manis untuk dijadikan gula aren.
Jadi gula kawung dan gula aren sebenarnya merujuk pada hal yang sama, yaitu pemanis yang terbuat dari nira enau. Keduanya dihasilkan dari proses pemasakan nira hingga mengental dan kemudian dipadatkan menjadi bentuk cetak atau gula kristal (gula semut), dan gula cair.
Secara tradisional, istilah “gula kawung” lebih sering digunakan di daerah Jawa Barat, sementara istilah “gula aren” lebih sering digunakan di daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur dan sekitarnya.
Meskipun begitu, istilah “gula kawung” dan “gula aren” dapat digunakan secara bergantian dan keduanya merujuk pada jenis gula yang sama.
Gula Kawung Dalam Tradisi Orang Sunda
Gula kawung yang dalam bahasa jawa juga disebut Gendhis, juga merupakan salah satu bahan makanan yang penting dalam tradisi orang Sunda. Di Jawa Barat, pemanis dari tanaman palma sering juga disebut sebagai “gula jawa” atau “gula merah”. Pemanis warna coklat tapi sering disebut sebagai gula merah adalah pemanis untuk banyak makanan seperti seperti dodol, jojorong, kue mangkok, kue lumpur, dan lain sebagainya.
Selain itu, gula aren ini juga sering digunakan sebagai bahan pelengkap dalam minuman tradisional Sunda seperti bandrek, bajigur, dan wedang jahe.
Kopi tubruk dengan pemanis ini rasanya sungguh nikmat. Minuman tersebut biasanya dihidangkan saat acara-acara adat seperti acara pernikahan, khitanan, dan lain sebagainya. Atau dinikmati sehari-sehari di kala senggang.
Sejarah pembuatan gula kawung di Jawa Barat, sama seperti tradisi membuat gula aren secara tradisional di manapun di Indonesia. Dengan memasak nira enau secara langsung di atas kayu bakar sampai kekentalan tertentu lalu di cetak atau dibuat gula aren bubuk yang banyak dikenal sekarang sebagai palm sugar.
Proses pembuatannya dilakukan dengan cara yang sangat hati-hati dan memerlukan keahlian khusus karena harus mengatur suhu dan waktu pemasakan agar menghasilkan gula kawung yang berkualitas baik.
Baca juga:
- Beda Brown Sugar dan Palm Sugar – Sama-Sama Coklat
- Mengenal Kopi Tubruk – Minuman Khas Indonesia
- Cara Memastikan Kualitas Gula Aren Cair
Sejarah Gula Aren Dalam Tradisi Orang Jawa
Dalam budaya Jawa, gula Kawung atau gendhis abrit, dinamakan demikian karena pada masa lalu, gula ini diproses dengan cara mengentalkan sari pohon aren yang masih segar dengan cara merebusnya di dalam kuali tembaga (kawung) yang dipanaskan di atas tungku kayu. Namanya sendiri merujuk pada jenis kuali tembaga khas Jawa yang sering digunakan untuk memasak gula aren pada masa lalu.
Sementara dalam bahasa Jawa sendiri gula artinya Gendhis.
Sedangkan saat ini Kawung dalam tradisi Jawa adalah sebuah pola atau motif yang digunakan dalam seni tradisional Jawa, seperti batik, wayang, dan ukiran. Motif kawung terdiri dari lingkaran berbentuk kotak atau persegi yang saling berhimpit. Motif ini melambangkan kesatuan dan keselarasan, serta dapat diartikan sebagai lambang kemakmuran dan kebahagiaan dalam kehidupan.
Begitupun, kawung dalam bahasa Jawa berarti buah pohon aren atau kolang-kaling. Istilah rokok kawung juga berangkat dari sini, daun pohon aren muda yang digunakan untuk melinting rokok.
Arenga Indonesia, produsen gula aren cair dan gula semut di Tangerang. Kontak by WA chats 0819 3241 8190
Follow Arenga di Instagram
Share artikel ini