Makanan Kuno Indonesia Dalam Naskah Ramayana dan Arjunawijaya
Tahukah teman-teman bahwa saat ini kita masih menikmati aneka makanan yang juga pernah dikonsumsi leluhur sejak ribuan tahun lalu? Misalnya kalau di Indonesia makanan kuno itu adalah yang terbuat dari beras ketan. Bahkan kekunoannya bisa kita telisik sampai ke naskah Ramayana dan Arjunawijaya, yang berasal dari Asia Tengah. Baca ceritanya di bawah ya
Iya, salah satu makanan kuno di Indonesia yang tetap bertahan sampai sekarang adalah yang berasal dari beras ketan. Mulai dari dodol, bubur, tape dan beraneka kue.
Era Moderen dan Keberlimpahan Makanan
Sekarang kita hidup di zaman makanan berlimpah. Majunya pertanian, teknologi pemerosesan, ditambah lagi mudahnya sarana transportasi dan informasi, membuat makanan tidak begitu sulit diakses.
Begitu pun jenis makanan tidak lagi punya batas geografis. Contohnya mencari hidangan Korea, sekarang di kota-kota kecamatan tersedia hidangan dengan rasa dari negeri ginseng ini.
Secara global, boleh dikatakan bahwa kita hidup di zaman keberlimpahan makanan. Sekalipun tak boleh menutup mata bahwa masih banyak juga masalah kelaparan dan malnutrisi di dunia.
Tapi secara keseluruhan produksi makanan di dunia telah meningkat secara signifikan selama beberapa dekade terakhir. Ketersediaan makanan pada tingkat global lebih tinggi daripada yang pernah ada sebelumnya.
Nah, terlepas dari keberlimpahan dan variasi makanan moderen dari seluruh dunia, di Indonesia masih banyak lho makanan kuno yang masih bertahan sampai sekarang.
Nasi Ketan dalam Naskah Ramayana dan Arjunawijaya
Ramayana dan Arjunawijaya adalah dua naskah kuno yang berasal dari wilayah Asia Selatan, terkenal di seluruh dunia. Kedua naskah ini menceritakan tentang kisah-kisah epik yang penuh dengan petualangan dan keberanian.
Dalam kedua naskah ini, terdapat beberapa referensi mengenai makanan. Salah satunya tentang “ketan”.
Dalam naskah Ramayana diceritakan tentang Dewi Sita yang mencari nasi ketan untuk diberikan kepada para pertapa.
Di dalam Arjunawijaya, kata “ketan” juga disebutkan dalam konteks yang berbeda. Arjunawijaya adalah sebuah naskah yang menceritakan tentang keberanian dan kemenangan Arjuna, seorang pahlawan legendaris dalam mitologi Hindu.
Dalam naskah ini, kata “ketan” digunakan sebagai sinonim dari kata “makanan” atau “panganan”.
Kedua naskah ini menunjukkan bahwa beras ketan dan makanan yang terbuat darinya memang sudah dikenal dan menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari di wilayah Asia Selatan sejak zaman kuno. Begitu pun di Asia Tenggara.
Kata “ketan” dalam kedua naskah kuno tersebut juga menunjukkan betapa pentingnya makanan dalam budaya dan kehidupan masyarakat kala itu.
Baca juga:
- Pohon Palem Sebuah Catatan Sejarah dari India
- 5 Jenis Makanan yang Lebih Enak Menggunakan Palm Sugar sebagai Pemanis Alami
- Kedai Kopi Kuno, Tempat Diskusi yang Memicu Perubahan Sosial Seperti Revolusi Prancis
Beberapa Alasan Makanan Kuno Masih Bertahan di Indonesia Sampai Sekarang
Menarik ya? Tak masalah seberapa majunya negara-negara di Asia Tengah dan Asia Tenggara dalam pengembangan makanan moderen, makanan warisan nenek moyang yang terbuat dari ketan masih dinikmati sampai sekarang.
Kira-kira mengapa ya bisa bertahan selama itu? Padahal banyak juga makanan kuno Indonesia yang sudah hilang di jejak ingatan. Begitu pun makanan moderen datang dan pergi.
Ada beberapa alasan mengapa makanan kuno masih ada sampai sekarang:
- Ketersediaan bahan-bahan: Seperti padi ketan yang masih banyak ditanam, makanan kuno yangdibuat dari bahan-bahan yang masih ada sampai sekarang akan terus bertahan. Apa lagi jika teknik dan metode yang dipraktikkan selama berabad-abad masih bisa diikuti dengan mudah.
- Kebutuhan praktis dan fungsional: Makanan kuno Indonesia ini awalnya dibuat dengan alasan praktis dan fungsional. Menghilangkan rasa lapar dan sebagai alat pergaulan sosial seperti untuk melengkapi acara adat maupun keagamaan.
- Warisan budaya: Beberapa makanan kuno telah menjadi bagian dari warisan budaya suatu daerah. Rendang dari Sumatera Barat misalnya. Ini sudah dipelajari orang cara membuatnya di seluruh dunia. Rendang sekarang bukan hanya milik masyarakat Minangkabau tapi sudah jadi kepemilikan global. Makanya rendang jadi lestari karena ini.
- Nilai historis dan keunikan: Beberapa makanan kuno dipelajari dan dipraktikkan karena memiliki nilai historis. Seperti Sake di Jepang atau Kimchi di Korea. Keunikannya bahkan sampai jadi daya tarik wisata kuliner.
Begitu lah kisah makanan kuno Indonesia, alasanya mengapa masih dikonsumsi sampai sekarang. Sementara makanan yang teknik dan bahan-bahan sudah tidak tersedia, hilang dari lorong sejarah.
Dan banyak juga makanan yang mulai sekarat, masih ada tapi hampir tidak dilirik. Atau tergantikan oleh makanan baru yang lebih praktis dan efisien seperti Gulo Puan, makanan khas Palembang. Terbuat dari gula dan susu kerbau. Karena susu kerbau mulai langka, gak heran gulo puan pun sulit didapat.
Arenga Indonesia, produsen gula aren di Tangerang
Baca juga:
Share artikel ini